Monday, February 16, 2009

Benvindu Iha Belu!




Benvindu Iha Belu!
Misi Sosial DoctorSHARE di
Perbatasan Nusa Tenggara Timur-Timor Leste

Tim Kesehatan Perhimpunan INTI (DoctorSHARE) yang diketuai oleh Dr. med. Lie A. Dharmawan, SpB, SpBTKV kembali mengadakan serangkaian kegiatan sosial pada 5-10 Desember 2008. Kegiatan kali ini difokuskan di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, salah satu wilayah Kepulauan Indonesia yang paling memerlukan bantuan pelayanan medis. Wilayah yang berbatasan dengan Republik Demokratik Timor Leste ini kerap dilanda krisis pangan dan bencana alam serta rentan konflik perang.
Sejak menjadi sasaran pengungsian besar-besaran di tahun 1999-2000 akibat pergolakan Timor Leste, belum terjadi peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama untuk penduduk wilayah perbatasan. Dengan pendapatan per kapita yang rendah, tingkat pendidikan dan taraf ekonomi yang lemah, serta fasilitas kesehatan yang jauh/tidak terjangkau, mengakibatkan banyak penduduk tidak memahami bagaimana pola hidup sehat, yang berujung pada anak-anak dengan gizi buruk dan penyakit-penyakit infeksi.
Kasus Malnutrisi dan Penyakit Infeksi Mendominasi
Berdasarkan laporan yang diterbitkan LSM internasional CARE, Sebanyak 61% anak usia 0-59 bulan menderita gizi buruk dan 58,3% anak usia 3-59 bulan menderita anemia. ”Bagi anak kurang gizi, semua badannya terasa sakit. Mereka bahkan tidak lagi menangis, karena untuk bernafas saja rasanya terlalu sakit,” kata dr. Theodorus L. Maubere, salah seorang dokter relawan DoctorSHARE yang kini menjadi Kepala Puskesmas Besikama dan Kepala Pusat Rawat Gizi Betun.
Setelah menempuh perjalanan darat selama 11 jam karena medan yang berat dan jembatan putus akibat banjir bandang, Tim Kesehatan DoctorSHARE mengunjungi anak-anak penderita malnutrisi yang dirawat di Panti Rawat Gizi Haliwen dan Panti Rawat Gizi Betun untuk menyampaikan bantuan yang dikirim para donatur dalam bentuk makanan bernutrisi, pakaian dan mainan anak.
”Anak-anak ini kami ambil dari tempat-tempat terpencil di pelosok Atambua,” ungkap dr.Theodorus. ”Di panti ini kami beri mereka makanan khusus dan kami ajari orangtuanya untuk mengubah pola hidup.” Anak-anak yang telah dirawat beberapa bulan mulai mengalami kenaikan berat badan dan sembuh dari penyakit infeksinya.
Layanan pengobatan umum, klinik gigi, bedah minor dan peningkatan gizi diberikan pada penduduk miskin di daerah perbatasan Belu-Timor Leste, yaitu Desa Bailaloo dan Desa Fulur, Weluli, serta daerah pesisir pantai Timur wilayah Desa Umatoos, Kecamatan Malaka Barat. Dokter-dokter yang memeriksa pasien didampingi oleh satu penterjemah bahasa Tetun yang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat setempat.

Peningkatan gizi dilakukan oleh Tim Logistik di wilayah Desa Sukaer Laran dan Kolam Susuk, wilayah perbatasan yang banyak didiami pengungsi Timor Leste. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, Dr. Lau Fabianus, di wilayah-wilayah ini bermukim penduduk di bawah garis kemiskinan. Hal ini terbukti dari survey lapangan yang dilakukan oleh Tim Surveyor INTI, dimana rata-rata mereka tidak memiliki penghasilan. Mereka hidup dengan makan jagung, padi ladang dan sayur mayur yang ditanam untuk dimakan sendiri. Asupan protein hewani yang jarang mereka peroleh mengakibatkan penyakit anemia dan kurang gizi. Penyakit terbanyak lainnya adalah nyeri ulu hati, radang sendi, gejala TBC dan infeksi saluran pernafasan akut.

Tim Klinik Gigi berhasil menangani 40 kasus periondentitis kronik, caries dentis, dan gangren pulpa. Sementara Tim Bedah Minor menemui kasus-kasus lipoma (tumor jinak), kista aterom, dan clavus. Kasus-kasus khusus lainnya adalah struma (gondok), hemangioma (tumor pembuluh darah) dan basalioma (tumor sel basal). Total penduduk yang berhasil dilayani adalah sekitar 2.300 jiwa.

Relawan DoctorSHARE yang datang dari Jakarta adalah Dr. Lie A. Dharmawan, dr. Susanna Tjoei, dr.Temmy Setiawan, dr. Delisusanti, dr. Marlina Suharno, dr. Oei Anastasia Winarto, dr. Tony dan dr. Edward Susanto. Sementara 3 relawan DoctorSHARE yang sedang malayani di wilayah Atambua adalah dr. Theodorus Maubere, dr. Arwinder Singh, dan dr. Amarvir Singh. Dokter lokal yang ikut membantu adalah dr. Fransiskus Dadi Agan, dr. Angel, dr. Soe Dji To, dr. Santy K.D, dr. Widyasari, drg. Agustine, drg. Susanna dan Dr. Lucy, SpA, warga negara Kanada keturunan Malaysia yang sedang dalam misi melayani masyarakat NTT. Relawan surveyor yang melakukan pendataan lapangan adalah Briggitte Kartikasari, Luthersun Telaumbanua dan Lisa Suroso. Photografer Eric Satyadi menjadi relawan untuk mendokumentasikan kegiatan.



Kunjungan Gubernur Nusa Tenggara Timur

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Frans Lebu Raya, dalam kunjungannya bakti sosial yang diselenggarakan di daerah paska-banjir pada 8 Desember 2008, menyatakan rasa terimakasih dan dukungannya. ”Program yang dilakukan DoctorSHARE ini adalah program yang sungguh nyata dan langsung bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” paparnya. ”Masyarakat kami saat ini sedang ditimpa musibah. Kedatangan kalian benar-benar kami sambut dengan tangan terbuka.” Banjir bandang memang baru saja melanda beberapa wilayah Atambua, menyebabkan beberapa jembatan putus, ribuan hektar ladang pertanian gagal panen dan penyakit merebak.

Kunjungan Gubernur ini diiringi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT, Drs. Bria Yohanes, Wakil Bupati Belu, Gregorius Mau Bili Fernandez, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, Dr. Lau Fabianus, Kepala Kepolisian Sektor Malaka Barat, Camat Besikama, dan pejabat setempat lainnya. ”Kami sangat bersukacita. Kehadiran DoctorSHARE di tempat ini bagaikan kado natal bagi kami,” ungkap Wakil Bupati yang dalam kesempatan terpisah menjamu Tim dan memberikan penghargaan khusus.

Pertemuan dengan Organisasi Massa Setempat

Rangkaian kegiatan sosial selama enam hari ini didukung oleh Yayasan Merdeka, sebuah organisasi Tionghoa setempat yang didirikan dengan misi sosial bagi masyarakat Belu. Yayasan Belu Sejahtera yang diketuai Maria Nelia Portugaleza Maubili dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Belu juga terlibat membantu kesuksesan kegiatan ini.

Silaturahmi dengan warga Tionghoa Atambua dihadiri oleh Ketua Yayasan Merdeka, Chandra Sulaiman, Ketua I Yayasan Merdeka Aloysius Lay, Ketua II Yayasan Merdeka yang sekaligus Ketua Rotary Club Atambua, Michael Tandjung, Ketua III Yayasan Merdeka Yohanes Juang dan sejumlah tokoh Tionghoa Atambua.

Selain saling bersilaturahmi dan berbagi pengalaman, mereka juga meberikan kesempatan pada Dr. Lie A. Dharmawan untuk membagikan visi dan misi Perhimpunan INTI dalam mempersatukan potensi masyarakat etnis Tionghoa untuk membangun Indonesia.

Yohanes Juang dalam sambutannya pada DoctorSHARE mengungkapkan rasa terimakasih. ”Kami bersyukur Tim dari Jakarta menyempatkan diri hadir jauh-jauh ke tempat ini untuk melayani masyarakat kami.” Beliau juga menyatakan keinginannya untuk menjadi bagian dari keluarga besar Perhimpunan INTI di Atambua. ”Kami akan sangat bersukacita, bila para pimpinan INTI di Jakarta bisa melakukan kerjasama dengan kami di tempat ini untuk membangun bangsa kita menuju arah yang lebih baik,” paparnya.

Dr. Lie A Dharmawan menyambut baik keinginan para tokoh Tionghoa Atambua. ”Aspirasi warga Tionghoa untuk mendirikan cabang INTI kami sambut dengan baik,” paparnya. ”Apalagi Bapak Gubernur Frans Lebu Raya juga telah menyatakan dukungannya untuk membentuk INTI di Nusa Tenggara Timur dan Belu.”
(doctorSHARE/Lisa Suroso)

Terjemahan judul * Selamat Datang di Belu! (bahasa tetun)

No comments:

Post a Comment